Jumat, 08 Juni 2012

TEORI PSIKOANALITIK


SIGMUND FREUD (1856-1939)

A.    Konsep Freud tentang Alam Tidak Sadar

Teori-teori yang dikemukakan oleh Freud ini berfokus pada masalah alam tak sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Menurut pendapatnya, dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dini dan konflik-konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari. Dalam formulasi Freud, “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Istilah “seksual” digunakan untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kenikmatan atau kepuasan. Sedangkan istilah “dorongan” sebagaimana psikolog sekarang menggunakan istilah dorongan dasariah (basic drivers). Dorongan seksual menurut Freud melahirkan sejumlah “energi psikis” yang disebut “libido” untuk perilaku dan aktivitas jiwa. Energi psikis itu sejajar dengan energi fisik. Bila dorongan seksual dipuaskan maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan seperti air didalam selang yang ujungnya tersumbat. Konflik-konflik yang timbul akan meningkatkan ketegangan. Bila orang ingin berfungsi secara normal maka ketegangan itu harus dihilangkan atau dikurangi. Bila tekanan itu tidak bisa dikurangi maka pipa akan meletus pada saat yang paling lemah dan orang akan memperlihatkan perilaku abnormal.
Teori kepribadian Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.

1. Struktur Kepribadian.
Menurut Freud, kepribadian manusia berisi 3 sistem atau aspek, yaitu :
1.  Das Es (the id), yaitu aspek biologis,
Das es atau aspek biologis daripada kepribadian ini adalah aspek yang orisinil. Dari aspek inilah 2 aspek lainnya berasal. Das es berfungsi dengan berpegang kepada prinsip “kenikmatan” (lutzprinzip pleasure principle) yaitu keenakan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan. Untuk hal ini, Das es mempunyai 2 cara :
  • Refleksi dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip dan sebagainya.
  • Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan
Akan tetapi jelas kiranya bahwa cara “ada” yg demikian tidak mungkin dipertahankan, orang yang lapar tidak mungkin kenyang hanya dengan membayangkan makan. Karena itulah dibutuhkan aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif. Aspek ini ialah Das Ich.
2.  Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
Das ich atau aspek psikologis dari kepribadian ini timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Didalam berfungsinya Das ich itu berpegang pada prinsip “realitas” (realitatsprinzip reality principle). Tujuannya masih dalam garis kepentingan organisme yaitu mendapatkan keenakan dan menghindarkan diri dari ketidakenakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi-kondisi dunia riil, baik kenyataan benda-benda maupun kenyataan nilai-nilai sosial.
3.     Das Ueber (the ego), yaitu aspek sosiologis.
Das ueber ich atau aspek sosiologis dari kepribadian ini merupakan wakil nilai-nilai tradisionil serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Das ueber ich lebih merupakan hal yang ideal daripada hal yang riil, lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu das ueber ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian. Fungsinya yang utama ialah menentukan apakah sesuatu susila atau tidak susila, pantas atau tidak pantas, benar atau salah dan berpedoman ini pribadi dapat bertindak  dalam cara yang sesuai dengan moral masyarakat. Das ueber ich dapat kita lihat dalam hubungan dengan ketiga apek dari kepribadian itu, yaitu :
·         Merintangi impuls-impuls Das es, terutama  impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat
·         Mendorong Das ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada yang realistis
·         Mengejar kesempurnaan

2.  Dinamika Kepribadian
Apakah yang membawa dinamika didalam keabadian itu? Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada didalam kepribadian itu. Energi ini yang dinamakannya energi psikis, berasal dari energi psikologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan didalam insting-insting.
Menurut Freud didalam diri kita ada 2 kelompok insting-insting, yaitu :
(1) Insting-insting hidup
(2) Insting-insting mati
Insting-insting hidup
Fungsi insting-insting hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting-insting hidup ini ialah insting-insting makan, minum, seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai insting=insting hidup ini disebut “libido”
Insting-insting mati
Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak.
Berfungsinya kurang kjelas dibandingkan insting-insting hidup karena itu juga kurang dikenal. Namun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa manusia pada akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud  merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh Das es, das ich dan Das ueber ich. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam persaingan diantara ketiganya dalam hal mengunakan energi psikis itu. Menjadi kuatnya salah satu aspek akan melemahkan aspek lainnya.
Mana diantara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh orang.
(a)  Apabila Das es menguasai sebagian besar energi psikis itu maka tindakan-tindakannya itu akan bersifat primitif, impulsive, agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.
(b)  Apabila das ich yang menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dengan cara-cara yang realistis dan rasional logis.
(c)  Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis adalah Das ueber ich maka orang akan mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang kurang rasional.

3.   Perkembangan Kepribadian
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa perkembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok ialah :
·         Proses pertumbuhan fisiologis
·         Frustasi
·         Konflik dan
·         Ancaman.
Karena orang menghadapi salah satu atau lebih daripada sumber tegangan itu maka timbullah rasa tidak aman didalam dirinya, jadi timbul tegangan. Individu tidak akan tinggal diam, dia akan berusaha mendapatkan cara-cara tertentu untuk mengurangi atau menghilkangkan rasa tak aman itu. Apabila berhasil berarti dia telah belajar atau berkembang.
Adapun cara yang paling pokok yang digunakan individu untuk mereduksi tegangan itu ialah dengan identifikasi dan pemindahan obyek (object displacement).

B.    Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian (seksual) Freud

Freud yakin bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dibentuk dari pengalaman-pengalaman ketika anak menjalani seperangkat urutan perkembangan psikoseksual.  Istilah ini dipergunakan karena libido (energi seksual) dipusatkan pada daerah-daerah tubuh yang berbeda ketika berlangsungnya perkembangan psikologis. Tiga daerah yaitu mulut, dubur, dan alat kelamin yang dikenal sebagai daerah kenikmatan seksual.
Freud menguraikan adanya 5 tahap perkembangan psikoseksual :

1.    Tahap Oral (0 - 1 tahun)
Menurut Freud, pada tahun pertama kehidupan, anak-anak memperoleh kepuasan-kepuasan melalui mulutnya yaitu dari makan, menghisap, menggigit dan kegiatan mulut lainnya. Dengan kata lain, libido terpusat pada kenikmatan mulut. Penyapihan merupakan konflik utama pada tahap oral ini. Semakin berat anak ini meninggalkan puting susu ibunya  atau botol susunya dan kemikmatan yang diperolehnya maka semakin banyak libido terpusat disini. Bila jumlah libido yang terpusat disini cukup besar maka pada masa dewasa ia akan memperlihatkan pola perilaku oral (seperti ketergantungan, pasif dan rakus) dan sangat dikuasai bagian oral (makan, mengunyah, merokok dan kemampuan bicara yang sangat berlebihan).

2.    Tahap Anal (1 - 2 tahun)
Selama tahun kedua kehidupan anak, kenikmatan terutama diperoleh melalui anal/dubur yang mula-mula berasal dari buang air besar kemudian dari penahanan kotoran. Untuk memperoleh kenikmatan, pertentangan dengan masyarakat mulai menghambatnya. Akibatnya, anak-anak akan diminta untuk mengendalikan dorongan alamiahnya. Latihan buang air besar menimbulkan konflik pada tahap anal ini. Bila latihan buang hajat ini terlalu keras atau terlalu dimanjakan maka libido dalam jumlah tertentu akan tertumpuk pada tahap ini. Kelak pada masa dewasa. Ia akan menggunakan teknik tersebut   untuk mengatasi berbagai persoalan yang mengecewakan, misalnya dengan membuat kotor atau menyerang dengan penuh permusuhan, keras kepala, mudah tersinggung dan bersikap aneh.

3.    Tahap Phalik (3 - 5 tahun)
Pada usia 3 – 5 tahun, menurut Freud, anak-anak menyadari bahwa ia dapat memperoleh kenikmatan melalui daerah kelaminnya. Psikologi modern juga setuju dengan pendapat ini. Menurut Freud, khayalan yang terjadi ketika anak itu masturbasi akan menentukan krisis yang universal. Anak laki-laki mencintai ibunya dan ingin memilikinya. Ia memandang bapak sebagai saingan untuk memperoleh ibunya. Sebaliknya, proses yang sama juga terjadi antara anak putri dengan bapaknya. Bagi anak perempuan, gejala ini disebut Kompleks Elektra, sedangkan pada pria konflik itu disebut Kompleks Oedipus. Nama-nama itu diambil dari tokoh-tokoh legendaries Yunani yang mengalami konflik seperti diatas tadi.

4.    Tahap Latensi (6 – 7 tahun)
Ketika tahap phalik sudah teratasi yaitu pada akhir usia 5 tahun, Freud yakin bahwa kepribadian orang telah terbentuk secara tetap. Untuk 7 tahun selanjutnya masalah seksual ini menjadi kurang diperhatikan. Tidak tampak adanya pertentangan atau perubahan kepribadian.

5.    Tahap Genital (remaja keatas)
Menurut Freud, dengan masuknya anak ini kedalam usia remaja, minat seksual tampak seperti bangun kembali. Tahap genital ini (yang dimulai sejak remaja, terus kemasa dewasa sampai pikun), orang akan memperhatikan orang lain ketika mereka bekerjasama dalam lingkup budayanya. Sampai tahap phalik, orang terlalu terpusat pada tubuhnya sendiri dan kebutuhan mendadak. Sekarang, orang harus membentuk hubungan secara seksual memuaskan. Freud yakin bahwa ikatan heteroseksual yang matang adalah tanda dari kemasakan. Bila energi terlalu ketat akibat adanya kepuasan yang berlebihan atau kepuasan yang sangat mengecewakan pada tahap perkembangan sebelumnya maka para remaja tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan ini.
   
ERIK ERIKSON (1902 – 1994)
Teori yang dikembangkan oleh Erikson mengarah pada perkembangan pribadi dan social melalui analisa konsep pribadi. Erikson membagi teorinya menjadi tiga bagian utama ;
a.     Teori tentang perkembangan pribadi dan social
b.     Teori tentang tahap-tahap perkembangan
c.     Teori tentang perkembangan selanjutnya di masa yang akan datang

A.    Teori tentang Perkembangan Pribadi dan Sosial
Dalam perkembangan anak, Erikson menekankan pentingnya tahun-tahun pertama kehidupan anak sebagai tahun pembentukan dasar-dasar kepribadiannya di kemudian hari. Kehidpan emosi dan kualitas hubungan perorangan menjadi landasan yang penting untuk member bentuk pada kehidupan yang selanjutnya. Terjadinya proses kematangan berhubungan dengan waktu-waktu yang ada paa setiap tahap perkembangan, karena disini terdapat masa-masa kritis. Teori Erikson didasarkan pada 5 hal penting yaitu ;
v  Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan pokok yang sama.
v  Perkembangan ego atau pribadi
v  Perkembangan muncul secara bertahap
v  Pada setiap tahap ditandai dengan tantangan psikologis atau kritis
v  Setiap tahap menggambarkan perbedaan motivasi setiap individu.
B.    Teori tentang Tahap-tahap Perkembangan  Erikson :
1.   Trust vs Mist trust  (0-1) tahun
2.   Autonomy vs Shame and Doubt  (1-2) tahun
3.   Inisiative vs Guilt (2-6) tahun
4.   Industry vs Inferiority (6-12) tahun
5.   Identity vs Role Confution (12-18) tahun
6.   Intimacy vs Isolation (19-40) tahun
7.   Generativity vs Stagnation (40-65) tahun
8.   Integrity vs Despair important (usia >65) tahun

Trust vs Mist trust  (0-1) tahun
Selama tahun pertama (tahap oral Freud), kanak-kanak mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu menjadi sangat penting. Jikalau ibu memberikan makan bayi, membuatnya hangat, memeluk dan berbicara dengannya, maka bayi akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima dirinya secara hangat dan bersahabat (inilah landasan pertama bagi rasa percaya). Kalau ibunya tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.

Autonomy vs Shame and Doubt  (1-2) tahun
Sejajar dengan tahap anal Freud, selama tahun kedua, anak-anak akan menghadapi tantangan kedua yaitu Otonomi melawan ragu dan malu. Pada usia ini, kemampuan anak akan berkembang menjadi sangat cepat. Mereka senang berlari, mendorong, menarik, memegang agar dapat berdiri diatas kedua kakinya sendiri sambil melatih kemampuan-kemampuan anak, maka anak mampu mengembangkan pengendalian terhadap otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri (otonomi). Sebaliknya, bila orangtua cenderung menuntut terlalu banyak dan terlalu cepat atau mencegah anak kecil menyelidiki lingkungannya maka si anak mengalami rasa malu dan keraguan.

Inisiative vs Guilt (2-6) tahun
Anak usia 3-5 tahun sangatlah aktif. Mereka suka berlari, berkelahi, dan
suka memanjat. Mereka suka sekali bila harus menyerang persoalan atau menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia mendapatkan rasa harga diri. Pada usia ini, anak biasanya juga menghadapi konflik antara inisiatif dan rasa bersalah (sejajar tahap phalik Freud). Bila orangtua berusaha untuk mengerti anak, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan dalam bermain maka anak ini akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan dan perasaan inisiatif menjadi kuat. Bila orangtua kurang mengerti, kurang sabar dan suka menghukum dan berpendapat bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan lain adalah tidak berguna maka si anak akan merasa bersalah dan tidak menentu dan akan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang diinginkan

Industry vs Inferiority (6-12) tahun
Pada usia 6-11 tahun, anak memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan, keterbatasan, kegagalan, dan kebehasilan. Di sekolah anak belajar bahwa dirinya dapat mengerjakan sesuatu dan harus menghadapi konflik antara kerajinan dan rasa rendah diri. Bila seorang anak merasa bahwa dia tidak mampu dan tidak terampil dan mahir seperti teman sebayanya, maka akan terbentuk perasaan rendah diri. Anak yang sukses biasanya mempunyai keyakinan diri dan menikmati dalam melakukan keterampilan-keterampilan.

Identity vs Role Confution (12-18) tahun
Selama masa remaja (yang menurut Freud awal tahap genital) muncullah
krisis identitas. Bila krisis ini tidak dapat diatasi, anak akan mengalami kebingungan peran. Anak-anak remaja dituntut untuk membentuk bayangan diri yang beraneka ragam, yaitu sebagai pemuda, sahabat, pelajar, pemimpin, pengikut, pekerja, wanita dan pria dan kesemuanya ini harus disatukan, ditambah lagi harus memilih karir dan gaya hidup pada masa depan. Bila remaja sudah memperoleh pemuasan kebutuhan kepercayaan, otonomi, inisiatif, dan keterampilan, ia akan mengembangkan identitas diri dengan lebih baik. Tetapi bila krisis-krisis sebelumnya menumpuk dan tidak teratasi maka remaja akan berkembang dengan keraguan tentang siapa dirinya dan untuk apa semuanya ini? Erikson amat yakin bahwa persoalan-persoalan remaja sebagian besar menyangkut masalah identitas diri.

Intimacy vs Isolation (19-40) tahun
Setelah seseorang melewati masa remaja, dia akan memasuki tahap awal masa dewasa. Pada masa ini akan menghadapi krisis yaitu konflik antara keintiman dan isolasi. Orang dewasa muda sudah mulai memperlihatkan perilaku soaial yang menonjol. Misalnya ingin merawat orang lain dan memperhatikannya, percaya pada orang lain, atau memiliki sesuatu secara bersama-sama. Pada pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yg mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Sebaliknya, orang yang kurang berhasil memperkembangkan identitas dirinya, akan sulit sekali baginya membentuk hubungan yang erat dengan orang lain, apalagi dengan lawan jenisnya. Seringkali kemudian menjauhkan diri dan membentuk ikatan yang amat terbatas yang kurang murni dan spontan.  

Generativity vs Stagnation (40-65) tahun
Krisis pada tahap dewasa pertengahan ini adalah generativitas melawan stagnasi. Istilah “generativitas” oleh Erikson mengacu pada keterikatan seseorang dengan masa depannya dan terhadap generasi berikutnya. Erikson yakin bila orang dewasa mulai memperhatikan generasi mudanya, kesehatan dan kesejahteraannya, maka hal ini akan memperlihatkan adanya kekayaan diri sendiri. Kegagalan pada fase ini berarti individu akan mengalami stagnasi pada kehidupan berikutnya dan krisis terhadap diri sendiri.

Integrity vs Despair important (usia >65) tahun
Akhirnya ketika hidup mendekati akhirnya, orang usia lanjut juga menghadapi krisis terakhir, integritas lawan putus asa. Menurut Erikson, integritas ini akan terjadi ketika ia menoleh kebelakang hidupnya selama ini, merasa aman dan tentram dan menerima jalan hidupnya itu sebagai sesuatu yang berharga dan layak. Sedangkan rasa putus asa akan menghantui orangtua yang merasa bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak bermakna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya dan melihat hidupnya sebagai sesuatu yang pecuma. Waktu seolah-olah berjalan dengan cepat sekali dan dia mengalami ketakutan karena semakin mendekati saat kematian.






REFERENSI


Bahri, Syamsul. 2005. Psikologi Perkembangan. Makassar : State of University of Makassar Press

Davidoff, Linda. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Alihbahasa Mari Juniati, Jilid 1 dan 2, Jakarta; Erlangga.

Miller. Patricia. 1993. Theories of Developmental Psychology. USA : W.H.Freeman and Company

Patmonodewo, Soemiarti, 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta; Rineka Cipta kerjasama Depdikbud

Suryabrata, Sumadi, 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo Persada

Santrock. John. 1997. Life Span Development. University of Texas-Dallas : Brown &        

Benchmark

TATA TULIS ARTIKEL ILMIAH

Artikel ilmiah adalah adalah representasi hasil pemikiran penulis atas suatu objek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Pengertian artikel ilmiah tersebut memiliki beberapa dimensi/aspek. Pertama, adanya dimensi hasil pemikiran atas suatu objek kajian yang dapat berupa temuan penelitian atau gagasan analisis kritis. Kedua, adanya dimensi bahasa tulis sebagai alat merepresentasikan hasil pemikiran penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda-penanda hubungan satuan-satuan makna secara eksplisit. Ketiga, adanya dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya tulis artikel dengan bentuk karya tulis yang lain. Keempat, adanya dimensi kaidah penulisan yang harus ditaati, baik yang bersifat “universal” maupun bersifat selingkung.
Apabila hasil pemikiran atas suatu objek kajian berupa temuan penelitian, maka artikel ilmiah kelompok ini disebut artikel hasil penelitian. Sedangkan apabila hasil pemikiran atas suatu objek kajian berupa gagasan atau telaah dan anlisis kritis, maka artikel ilmiah kelompok ini disebut artikel konseptual atau artikel nonpenelitian (Universitas Negeri Malang, 2000).
Ada tiga aspek yang membedakan artikel hasil penelitian dan laporan teknis penelitian, yaitu aspek bahan yang ditulis, sistematika, dan prosedur penulisannya (Saukah,1999). Bahan yang ditulis untuk artikel hasil penelitian lebih ditekankan pada isi yang sangat penting. Yang termasuk didalam aspek ini adalah temuan penelitian, pembahasan temuan, dan kesimpulan. Selain hal-hal tersebut, dalam artikel penelitian cukup disajikan secara singkat dan seperlunya. Misalnya, kajian pustaka lazim disajikan untuk mengawali artikel dan merupakan pembahasan rasional pentingnya masalah diteliti. Kajian pustaka ditempatkan pada bagian pendahuluan (tanpa subjudul kajian pustaka) yang berfungsi sebagai paparan latar belakang masalah dan diakhiri dengan rumusan tujuan penelitian. Setelah itu, berturut-turut disajikan hal-hal yang terkait dengan metode, hasil, pembahasan, kesimpulan, dan saran. Dari sudut prosedur penulisannya, artikel hasil penelitian dapat ditulis sebelum laporan penelitian lengkap diselesaikan, atau artikel hasil penelitian merupakan satu-satunya tulisan yang dibuat oleh peneliti.
KAIDAH PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
            Dalam penulisan artikel ilmiah (hasil penelitian atau hasil pemikiran) perlu diperhatikan dan diterapkan kaidah-kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Kaidah penulisan artikel ilmiah dapat dipilah menjadi dua, yaitu kaidah-kaidah penulisan yang bersifat “universal” dan kaidah-kaidah penulian yang bersifat ‘selingkung”. Secara umum kaidah penulisan yang bersifat ‘universal’ lebih terfokus pada aturan-aturan penggunaan bahasa Indonesia yang berkaitan  dengan norma ketatabahasaan, dalam hal ini norma bahasa Indonesia baku dan tidak baku (Lumintaintang,1996).
            Kaidah penulisan artikel ilmiah yang bersifat selingkung berkaitan dengan norma-norma penulisan artikel ilmiah yang bertolak dari konvensi aturan-aturan penulisan yang bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis artikel untuk wadah terbitan satu dengan yang lain biasa tidak sama. Karena itu, penulis artikel perlu mengetahui aturan yang ditetapkan oleh wadah terbitan menjadi tujuannya, misalnya kaidah selingkung Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) jika panulis hendak mengirimkan  artikelnya ke JIP.
KAIDAH PENULISAN UNIVERSAL
            Tata tulis artikel yang bersifat “universal” (dalam konteks Indonesia ) mengacu pada penggunaan ragam bahasa Indonesia (tulis) yang baku. Unsur utama dalam bahasa Indonesia (tulis) yang baku adalah ejaan. Ejaan dalam penyampaian ide/gagasan seseorang secara tertulis direpresentasikan dengan kata kepada orang lain (sasaran komunikasi) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Dikatakan oleh Rifai (1995) bahwa kata yang digunakan untuk menyampaikan satuan-satuan makna dengan corak, nuansa dan kekuatan yang berbeda-beda. Kekuatan kata dalam bahasa tulis sepadan dengan warna dalam lukisan, nada dalam musik, dan bentuk dalam ukiran. Unsur utama dalam bahasa tulis (ejaan) inilah yang membedakannya dengan ragam bahasa lisan, yang lebih menekankan unsur lafal. Sedangkan unsur yang lain yang menjadi ciri bahasa Indonesia tulis yang baku adalah peristilahan, bentuk dan pilihan kata, pengalimatan, pengalinaan, dan tanda baca (Lumintaintang,1996).
            Unsur-unsur bahasa Indonesia (tulis) diatas harus diperhatikan, dicermati, dan digunakan dalam menulis artikel ilmiah. Hal ini mengarahkan kita untuk mengatakan bahwa tidak tepat lagi pemakaian tanda baca (koma) yang dihubungkan dengan panjang-pendeknya nafas. Mengapa? arena dalam penyampaian gagasan ide seseorang yang dipresentasikan dengan bahasa tulis, setiap pemakaian tanda baca akan memiliki nilai semantik.
            Penerapan kaidah-kaidah penulisan yang bersifat “universal” dalam penulisan artikel ilmiah, berdasarkan pencermatan beberapa artikel yang masuk ke Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) selama ini, masih banyak mengalami kendala. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh antara lain adanya ragam kedwibahasaan penulis, penekanan unsur utama yang berbeda antara bahasa tulis dan bahasa lisan, dan sikap penulis terhadap bahasa Indonesia yang belum sepenuhnya positif.
SISTIMATIKA PENULISAN
            Sistematika perjenjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan menggunakan jenis huruf yang berbeda, cetak miring, an letaknya pada halaman (bukan menggunakan angka atau abjad). Penanda jenjang atau peringkat dilakukan dengan cara berikut.
(1)       Peringkat 1 ditulis dengan huruf besar semua, bold , dan diletakkan di tengah judul (judul artikel)
(2)       Peringkat  2 ditulis dengan huruf besar semua, bold, dan diletakkan di tepi kiri
(3)       Peringkat  3 ditulis dengan huruf besar kecil, bold, dan letakkan di tepi kiri
(4)        Peringkat 4 ditulis dengan huruf besar kecil dengan cetak miring, bold, dan diletakkan di tepi kiri
Cara Merujuk
            Secara umum cara merujuk dalam penulisan artikel ilmiah dapat dipilah menjadi tiga yaitu perujukan dengan menggunakan catatan kaki, perujukan dengan menggunakan catatan akhir, dan perujukan dengan menggunakan tanda kurung. Perujukan dengan menggunakan catatan kaki (foot note) yaitu dengan cara menyebut langsung informasi sumber rujukan secara lengkap pada akhir setiap halaman sesuai dengan urutan tanda pengacuan dalam teks. Informasi sumber rujukan pada catatan kaki meliputi nama pengarang, judul sumber rujukan, kota tempat penerbitan, penerbit, tahun dan nomor halaman. Sedangkan untuk merujuk karya yang telah dirujuk sebelumnya, tetapi halaman yang dirujuk berbeda, digunakan singkatan op.cit dengan diikuti nomor halaman sumber yang dirujuk. Apabila akan merujuk suatu karya ulang telah dirujuk sebelumnya pada halaman yang sama dan telah diselang oleh perujukan sumber lain, digunakan singkatan Loc.cit.
            Perujukan dengan menggunakan catatan akhir prinsipnya tidak berbeda dengan cara pertunjukan yang menggunakan catatan kakai. Bedanya, pada rujukan cara ini informasi sumber rujukan secara lengkap diberikan pada akhir tulisan dengan urutan yang sesuai dengan tanda pengacuan yang digunakan dalam teks.
            Di UNM, digunakan perujukan dengan tanda kurung. Perujukan dengan tanda kurung adalah perujukan yang dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun yang di cantumkan di antara tanda kurung. Jika ada dua pengarang, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua pengarang tersebut. Jika pengarangnya lebuh dari dua orang, penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama dari pengarang tersebut diikuti dengan dkk. Jika nama pengarang tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen, atau nama koran. Untuk karya terjemahan, Perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh pengarang yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.
Cara Merujuk Kutipan Langsung
            Kutipan kurang dari 40 Kata
            Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (”...”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama pengarang, tahun dan nomor halaman. Nama pengarang dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung.Lihat contoh berikut.
            Nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu.
Contoh:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan ”ada hubungan yanmg erat antara faktor sosial ekonomi denagn kemajuan belajar ”.
            Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto,1990:123).
            Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (’...’).
Contoh :
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”terdapat kecenderungan semakin banyak ’campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Soewignyo,1991:101).
Kutipan 40 kata atau lebih
            Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului, ditulis 1,2 cm (1 spasi) dari garis tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis.
Contoh:           
Suyanto (1998:202) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Alih latihan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan apa yang didapatkan dalam PBM untuk memecahkan persoalan riel dalam kehidupan. Kemampuan transfer telah dimiliki oleh mahasiswa jika mahasiswa itu mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, informasi, dan sebagainya sebagai hasil belajar pada latar yang berbeda (kelas, laboratorium, simulasi, dan sejenisnya) ke latar yang riel, yaitu kehidupan nyata dalam masyarakat. Jika kemampuan ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa, mereka akan memiliki wawasan pencipta kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.
   Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru lagi, garis barunya dimulai dengan lima ketukan lagi dari tepi garis teks kutipan.
Kutipan yang Sebagian Dihilangkan
            Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang, maka kata-kata yang dibuang diganti dengan tanda titik.
Contoh:
”Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah... diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995: 278).
Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik.
Contoh :
”Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah menangkap bola, manendang bola, dan menggambar” (Asim,1995:315).
Cara Merujuk kutipan tidak langsung
            Kutipan yang disebut secara tak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks, atau disebut dalam kurung bersama tahun penerbitannya. Jika memungkinkan nomor halaman disebutkan. Perhatikan contoh berikut.
            Nama pengarang tersebut terpadu dalam teks.
Contoh :
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat.
            Nama pengarang disebut terpadu dalam kurung bersama tahun penerbitannya.
Contoh:
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik dari pada mahasiswa tahun keempat (Salimin, 1990:13).
Cara Menulis Daftar Rujukan
            Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibacaakan tetapi tidak dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar rujukan, sedangkan semua bahan yang dikutip secar langsung ataupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Pada dasarnya, unsur yang ditulis dalam daftar Rujukan secara berturut-turut meliputi (1) nama pengarang ditulis dengan urutan :nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4)tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi tergantung jenis sumber pustakanya. Jika penulisnya lebih dari satu, cara penulisannya sama dengan penulis pertama.
            Nama pengarang yang terdiri dari dua bagian ditulis dengan urutan: nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat tetapi harus konsisten dalam satu karya ), diakhiri dengan titik. Apabila sumber yang dirujuk ditulis oleh tim, semua nama penulisnya harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Rujukan dari buku
Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang, diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring, dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh :
Strunk, w., Jr.& White, E.B. 1979. The Elements of Style (3rd ed.). New York: Macmillan.
Dekker, N. 1992. Pancasila sebagai ideology bangsa: Dari pilihan satu-satunya ke satu-satunya Azas. Malang: FPIPS IKIP MALANG.
            Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh lambang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul buku-bukunya.
Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K.1985a.Carrer Ladder plans: Trends and Emerging Issues-1985 .  Atlanta ,GA: Carrer Ladder Clearinghouse.
Cornet, L. & Weeks, K. 1985b.Planning Carrer Ladders:Lessons from the states. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
Rujukan dari Buku Yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
            Cara menulis rujukan dari buku berisi kumpulan artikel yang ada editornya adalah seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama pengarang dan tahun penerbitan.
Contoh:
 Lethridge, S. & Cannon,  C.R. (Eds.). 1980. Bilinggual education: Teaching English as a Second Language. New York : Praeger.
Aminuddid (Ed.). 1990. Pengembangan penelitian kualitatif dalam Bidang BAhasa dan Sastra. Malang : HISKI Komisariat Malang dan YA 3.
Rujukan dari Artikel dalam buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
            Nama pengarang artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul Artikel ditulis tegak (tidak miring). Nama editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor, dan (Eds.) bila lebih dari satu editor. Judul buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dalam kurung.
Contoh :
Hartley, J. T. Harker, J. O. & Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New Directins in Adult Development of Learnning and Memory. Dalam L. W. Poon (Ed.), Aging in the 1980s: Psychological Issues (hlm.239-252). Washington, D.C.: American Psychological Assosiation.
Hasan, M. Z. 1990. Karakteristik penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.), Pengembangan penelitian Kualitatif dalam bidang Bahasa dan Sastra (hlm. 12-25). Malang : HISKI  Komisariat Malangf dan YA3.
Rujukan dari Artikel dalam Jurnal
                Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel yang ditulis dengan cetak tegak, dan huruf besar pada tiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak miring dan huruf awal setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata hubung. BAgian akhir berturut–turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut.
Contoh:
Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum penelitian, I (1): 33-47
Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran
 Nama Pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan dan tahun (jika ada). Judul artikel ditulis tegak (tidak miring), dan huruf besar pada setiap huruf awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf pertama setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir.
Contoh :
Gardner,  H. 1981. Do Babies Sing a Universal Song? Psychology Today hlm.70-76.
Suryadarma, S. V. C. 1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info Komputer, IV (4):46-48.
Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm. 6.
Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
                Nama koran ditulis sebagai awal. Tahun, tanggal, dan bulan ditulis setelah nama koran, kemuadian judul ditulis dengan huruf besar-kecil dicetak miring dan diikuti dengan nomor halaman.
Contoh:
Jawa Pos. 1995, 22 April. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri. hlm. 3.
Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh suatu Penerbit Tanpa Penagrang dan Tanpa Lembaga
Judul atau nama dokumen ditulis dibagian awal dengan cetak miring,diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit dan nama penerbit.
Contoh :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperanyak oleh PT Armas Duta Jaya.
Rujukan dari Lembaga Yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut
                Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut.
Contoh :
 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendididkan dan Kebudayaan.
Rujukan Berupa Karya Terjemahan
                Nama pengarang asli ditulis paling depan,diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata Tanpa tahun,
Contoh :
Ary, D., Jacobs, L.C.& Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.
Rujukan Berupa Skripsi ,Tesis, atau Disertasi
                Nama penyusun ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesisatau disertasi ditulis dengan garis bawah diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tionggi, nama fakultas serta nama perguruan tinggi.
Contoh:
Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan pembelajar Bahasa Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG.
Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau Lokakarya
                Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun. Judul makalah dituls dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan ”Makalah disajikan dalam....”, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan tanggal serta bulannya.
Contoh:
Huda, N.1991. Penelitian Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam Lokarkarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV, Pusat  Penelitian IKIP MALANG, Malang,12 Juli.
Rujukan dari Internet berupa Karya Individual
                Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secar berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut (cetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh :
Hitchock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of  STM  Online Journals, 1990-1995: The Calm before the strom, (Online), (http:// journal.ecs. soton. Ac.uk/survey/survey .html, diakses 12 juni 1996).
Rujukan dari Internet berupa Artikel dari Jurnal
                Nam penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tahun, judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), Volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung.
Contoh :
Griffith, A. l. 1995. Corrditang Familiy and school: Mothering for Schooling. Educatin Policy Analysis Archives, (Online), Vol. 3, No. 1, (http://olam.ed.asu edu/epaa/, diakses 12 Februari 1997).
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), Jilid 5,No 4, (http://www.malang.ac.id,dikases 20 Januari 2000).
Rujukan dari Internet berupa Bahan Diskusi
                Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut desertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing internet Sites. NETTRAIN  Discusions  List, (Online), (NETRAIN @ubvm. Cc. buffalo. edu, dikases 22 November 1995).

Rujukan dari Internet berupa E-mail Pribadi
                Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secarta berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi desertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi).
Contoh:
Davis, A. (a. davis@uwts.edu.au), 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tools. E-mail kepada Elison Hunter (huntea@usq. Edu.au).
Naga, Dali S. (ikip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@mlg.ywc.or.id).